Wednesday, March 18, 2009

Dosenku "Pacarku" (97)

http://www.youtube.com/watch?v=iPnDTrcEKwM

===============
" Nah begitu lah. Aku tak salah memilih sahabat meski ratu cerewet, " ujarku seraya mengelus pipinya, lembut. Magda membalasnya dengan jeweran dikupingku, " Terimakasih raja pegajul!"
==============

ESOK harinya, aku dan Magda berangkat dengan mengenderai mobil ke rumah Susan. Susan menyambut kami dengan ramah.
" Kita berangkat dengan mobilku saja, " ujar Susan sambil menyerahkan kunci mobilnya ketanganku. Sedikit agak kaku antara Magda dan Susan sebelum kami berangkat. Susan memilih duduk dibelakang, sementara Magda menginginkan Susan duduk mendampingi ku.

" Iya, sudahlah dari pada buang-buagg waktu, kalian berdua duduk di belakang, aku jadi sopir," ucapku sambil menghidupkan mesin mobil. Magda dan Susan tertawa mendengar ocehanku. Susan buru-buru masuk dan duduk disampingku. "Abang kita kesal nih," ujar Susan sambil tertawa.

Suasana ceria menyelimuti hati kami bertiga ketika menyelusuri jalan menuju rumah mungil ditengah kebunnya. Sesekali aku memegang tangan Susan dan Magda bersamaan. Keduanya menyambut tanganku dan menggemgamnya erat. Demikian juga ketika kami berenang bersama di sungai. Kami bertiga tertawa lepas ketika tubuh Susan dan Magdaku benamkan kedalam sungai. Tak ada lagi batas antara mahasiswa dengan dosen.

Susan mengaku kelelahan. Dia menepi kebibir sungai, sementara Magda masih asyik menikmati sejuknya air sungai. Magda menganggukkan kepalanya, ketika kuberi "sign", aku mau mengikuti Susan. Ah..Magda sangat luar biasa pengorbanan serta ketulusan hatinya, kataku dalam hati.

Aku dan Susan duduk di tepi sungai. Sesekali Susan mempermainkan air dan menyiram wajahku sambil tertawa. Tak pernah sekalipun Magda menoleh kearah kami hingga aku dan Susan meninggalkan sungai. Di rumah mungil itu, Susan mengajakku mandi bersama, tetapi aku menolak dengan dalih, " Nanti nggak enak dengan Magda."
" Abang memang benar sudah balik lagi kepada Magda?" tanyanya sambil membuka pintu kamar mandi.

Aku tak memberi jawaban pasti. " Menurut Susan bagaimana,?" tanyaku balik. Susan diam dan menutupkan pintu kamar mandinya. Aku mengetuk pintu kamar mandi dan bertanya: " Susan, kenapa diam? Kamu marah?. Susan membuka pintu dan menarikku kedalam. Susan mencumiku dengan gairah. Susan tak peduli meski aku sudah berulang kali berbisik ketelinganya.
" Susan, kamu nggak malu jikananti kita dilihat Magda.? Diakhir ciumannya mengucapkan : " Zung, aku rela melepaskan mu demi kebahagian abang dengan Magda."

Aku memeluknya dan berucap lirih di telinganya: " Terimakasih Susan. Selama ini telah banyak membantuku. Maafkan aku bila telah mengingkari janjiku. Terimakasih Susan merelakanku pergi. Aku tak akan melupakan, bahwa Susan pernah berlabuh dalam kalbuku meski dalam bentangan waktu yang sangat singkat."

Aku meninggalkannya dikamar mandi dengan berat hati ketika dia mulai menitikkan airmata. Sementara Susan masih menangis, Magda kembali dari sungai. Aku berbisik kepadanya " Susan di dalam, dia sedang menangis."
Magda faham lantas dia kembali lagi kesungai meninggalkan aku dan Susan dirumah. Aku menemui Susan kekamar mandi karena masih terus menangis. Dia mengabaikan bujukanku supaya diam.

Aku menuntunnya kembali ke ruang tamu. Dia meninggalkanku di ruang tamu dan masuk kedalam kamar. Susan membaringkan tubuhnya, masih dalam tangis. Aku menemuinya setelah Susan berhenti dari tangisnya dan membujuk: "Susan, kita pulang hari sudah mulai gelap."

Tangis Susan kembali memecahkan kesunyian, " Zung, kemarilah, peluklah aku untuk kali terakhir," ujarnya dalam pembaringan.
" Sepertinya Magda sudah datang dari sungai. Dia ada diruang tamu, " kataku mengingatkannya.
" Aku tak perduli. Aku juga telah punya suami, aku rela memberimu yang terbaik."

Hatiku bergetar mendengar ucapannya. Aku memeluknya dengan rasa kasih sayang, tanpa diiring nafsu birahi. Kembali aku mengucapkankan kalimatku sebelumnya; "Aku tak akan melupakan, bahwa Susan pernah berlabuh dalam kalbuku meski dalam bentangan waktu yang singkat. Susan, mandilah agar kita pulang," bujuk ku. Susan bangkit dari tempat tidur, dia tidak menolak ketika aku menggandeng tangannya ke kamar mandi.

Magda menggigil sambil berlari kecil kerumah, sementara Susan telah selesai berpakain siap-siap untuk pulang. Susan menyambut Magda, seakan tidak ada sesuatu yang terjadi. Dia menyuguhkan teh panas yang telah disediakan ibu penjaga rumah kepada Magda. Aku berpura-pura protes, sekedar menambah kehangatan suasana: " Lho, aku dari tadi disini tak setes airpun Susan suguhkan kepadaku. Susan diskriminatif, hanya melayani sesama perempuan," ujarku.

" Buru-buru Susan menuangkan air teh ke gelas dan mengantarkannya, " ini tuan paduka," ujarnya bergurau. Magda tertawa mendengar percakapanku dengan Susan. Ketika akan pulang, Susan memaksa Magda duduk didepan mendampingiku. " Magda, kau duduk didepan sebelum tuan paduka murka." gurau Susan. ( Bersambung)

Los Angeles. March 2009


Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment