Thursday, January 22, 2009

Magdalena (5)

http://www.youtube.com/watch?v=HZBUb0ElnNY

Love me tender, /love me sweet, /never let me go. You have made my life complete,/and I love you so. Love me tender, /love me true, all my dreams fulfilled./For my darlin' I love you,and I always will....
=================
Aku menyesali kenapa aku terlahir sebagai orang batak toba. Seandainya aku orang batak Karo hal ini tak akan terjadi. Dalam adat batak karo, saat awal berkenalan selain menyebut marga ayah selalu menyebut marga ibunya. Misalnya, Tarigan bere-bere Siahaan. Artinya dia marga Tarigan dilahirkan oleh br Siahaan. Jelas bukan?.
===================

Magda masuk kekamarku tanpa canggung. Aku duduk disudut kamar dekat tempat tidurku yang pernah menghantarkanku dalam mimpi berpelukan mesra dengan Magdalena. Dia kibaskan abu dari taplak meja kecilku. “Sepertinya tak pernah kau dicuci ya,” tanyanya mengawali percakapan kami. “ Mami dan papi menyuruh kamu ke rumah,” lanjutnya nya.
“Ada apa,” tanyaku ketus.
"Tak tahulah aku, tanya saja sendiri. Ayo cepatan,” desaknya.
“Malas, bilang saja aku kurang sehat,” dalihku.

Dia berusaha membujukku tapi tak berhasil. Dia pulang meninggalkanku sendirian duduk disudut kamar itu dengan sejuta dera rasa. Aku mengejar keluar, ketika melihat dompetnya tertinggal diatas meja, diatas taplak sulamannya berukir M&H kependekan" Magdalena & Holong." Dia berlalu begitu cepat, bahkan tidak mendengar panggilanku. Kecewakah dia? Ditengah kecamuk pikiran akibat terror adat itu, aku benar-benar seperti orang gila.

Bunga lewat...kini Magda bakal lewat pula karena adat, bedebah!. Bayang-bayang liar mulai merasuk dalam diriku. Segera aku bergegas membeli minuman keras di sebuah toko pasar Peringgan, tak jauh dari tempat kostku. Aku gila, benar-benar gila. Mulutku selalu berceloteh adat sialan, bangsat.

Daun jahanam itu pun menjadi santapan harianku selama seminggu terakhir . Aku menyesal mengapa aku membawa paman kerumah Magda, huhh....

Menjelang malam, Magda kembali menjemput dompetnya yang tertinggal. Magda kaget dan berteriak ketika menemuiku setengah teler dengan menikmati daun jahanam di sudut kamarku. Kali pertama dia panggil aku, bang..! ”Kenapa kamu bang, kamu gila. hentikan itu” teriaknya sambil merampas daun jahanam itu dari selah kedua bibirku.

Magda menyiramkan sisa minuman "manson cola " yang masih tersisa kewajah ku. Bibirnya bergetar menahan rasa marah, kemudian dia tertelungkup menahan tangisnya. Aku tatap dia dengan mata kosong.

Ito Magda pulanglah nanti inang uda kecarian,” bujukku tanpa menyentuhnya. “ Tidaaaaak, jangan panggil aku ito...tolong bang jangan panggil aku ito, panggil aku Magda,” suaranya bergetar.
“Ya ito...ehh... Magda pulanglah akau mau tidur. Biarkan aku melalui malam ini tanpa bintang dan rembulan,” celoteh ku.

Tangisnya semakin menjadi-jadi, sesugukan. Ah...rambutnya menyadarkan aku dari pengaruh minuman dan daun gila itu. Berulang rambutnya kugulung dan ku geraikan. Dia masih terisak sambil menyebut namaku. Perlahan diangkat wajahnya menatapku sendu.

Tak tahan Magda memandangku kedinginan, dia berdiri dan melangkah menuju lemari pakaianku. Kubiarkan Magda menelisik pakaianku satu persatu. Dia mengambil t-shirt dan menyerahkan pengganti t-shirtku yang basah karena minuman yang ditumpahkannya. Aku tak menyentuh t-shirt yang dilettakkannya di pangkuanku. “Bang kau kedinginan, gantikan t-shirtnya,” bujuknya sendu. “Magda biarkan aku menikmati dinginnya malam ini sedingin cinta dibalut duka,” ucapku lemah.

Magda berpindah tempat duduk tepat didepanku, diujung tempat tidur. Dia berulangkali membujuk untuk menjelaskan mengapa aku kembali kehidupan lama, mabuk-mabukan.
“ Kau tak kasihan sama mama dan papa dikampung, uangmu kau habiskan hanya utuk minuman. Ingat sebentar lagi kita ujian,”ujarnya mengingatkanku.

“Aku sudah lulus. nilaiku memuakkan ”jawabku.
Tamparan keras terasa diwajahku. Dia beranjak hendak pulang. Kutahan dia dengan tenaga yang masih tersisa. Aku tak kuat, aku jatuh sempoyongan tepat kepangkuannya tapi tak muntah. Dibiarkannya aku sesaat dipangkuannya. (Bersambung)

Los Angeles, January 2009
Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment