Thursday, January 22, 2009

Magdalena (PENGANTAR)


Sebuah kisah perjalanan cinta anak manusia yang sukar dilupakan, dulu. Kini mengurai kenangan itu seakan baru saja terjadi. Kenangan itu aku akan mulai dari pengalaman unik didalam kapal laut Tampomas route Medan -Jakarta.

Saat bersamaan hatiku sedang berbunga-bunga dengan seorang perempuan teman sekelasku sejak di salah satu es-em-a negeri Medan, namanya Magdalena. Berikut pengalaman itu dan kemudian berlanjut dengan kisah kasihku dengan Magdalena.

Pemabaca yang budiman, perlu penulis garis bawahi; bahwa cerber ini dituturkan dengan bahasa sederhana dan barangkali tidak seturut rambu-rambu kewajaran dalam teknik menulis. Cerber ini disajikan oleh penulis otodidak. Penulis dengan senang hati menunggu masukan, tentu saja agar cerber ini tampak lebih baik dan enak dibaca. Salam.

Catatan: Sedikit kesalahan teknis; Cerber nomor 2 loncat setelah nomor 10, maaf. TZ

***

Pengalaman pertama bertemu dengan seorang gay ketika naik Tampomas dari Medan menuju Jakarta dalam rangka menghadiri pameran tingkat nasional yang diselenggarakan Dep. P& K, Dirjen PLSOR ketika itu.

Malam pertama bersama dengan rombonganku memasuki bar kapal itu. Menjelang larut malam seorang penyanyi pria melemparkan senyuman seraya menyapaku dengan genit, akupun merasa "hebat" mendapat sambutan seseorang, penyanyi lagi. Usianya kurang lebih sama denganku. Aku dan rekan-rekan heran ketika seorang pramugari bar menghantarkan dua botol bir dan sejumlah botol fanta untuk teman perempuan.

Aku dan rombongan saling melirik, masalahnya adalah, siapa yang akan membayar nanti.? Sementara kami masih kebingungan, siapa yang bertangung jawab menegenai pembayaran, sang biduan itu bergabung deengan rombongan.

Dia duduk persis bersebelahan dengan ku seraya menimpuk paha ku dengan lembut seraya menanyakan nama. "Silahkan habiskan minumannya aku sdh bayar," katanya mengakhiri rasa selidik kami. Aman sudah masalah pembayaran.

Awalnya pertemuan biasa-biasa saja, tak sedikit pun merasa ada hal yg aneh. Banyak hal kami perbincangkan mulai dari siapa penyanyi pujaan hingga pacar. Ketika rekan-rekan turun melantai tinggallah kami berdua bersendagurau hingga kembali ke pembicaraan tentang pacar. Aku begitu semangat menceritakan hubungan yang terputus dengan mantan pacar ku Bunga, putus gara-gara maminya.
Sanking semangatnya tak terasa bir dua botol ukuran besar ludes menelusuri kerongkonganku. Dia memanggil pramuria bar," bir dua botol lagi" pintanya. Bagiku pertemuan malam itu sangat mengesankan.

Sebelum menuju tempat peraduan--kami tinggal di kelas kambing alias deck - dia berpesan," kalau mau mandi silahkan datang kekamarku," ajaknya. Dia tahu mandi di deck selain antrian panjang airpun sering terputus.

Sepulang dari bar seorang rekan mengingatkan saya, "hati-hati dari lagaknya melihat kau, aku curiga dia itu pemain anggar," ingatnya. Karena kepala mulai pusing aku tidak perhatikan apa maksudnya pemain anggar. Dalam hatiku berkata, yang minum siapa yang mabuk siapa, apa pula hubungannya penyanyi dengan pemain anggar.
***
Karena keterbatasan dana, aku dan rombongan putuskan, malam kedua kami tidak pergi ke bar. Rupanya sang biduan kecarian. Dia mendatangiku dan mengajak ke bar. Mengingat kebaikan hatinya malam sebelumnya, akupun bersedia mengikuti ajakannya. Disinlah awal malam jahanam itu. Dia menyuguhkan bir berbotol-botol hingga aku teler berat. Semua lagu permintaanku dipenuhinya seperti lagu-lagu Panbers, The Mercys dan Eddy Silitonga, satu diantaranya tembang "Biarlah Sedih".

Lagu-lagu sendu menyentuh hinga keubun-ubun sementara alkohol mulai merasuki seluruh tubuh, kepala terasa berat dijunjung. Usai bar show, antara sadar dan tidak sang biduan memapahku menuju kamarnya. Yang kurasakan hanya sebuah kecupan dan sebuah bisikan entah apa dikupingku.
Namanya sedang on aku pikir itu kecupannya si Bunga, akupun merasa syuur sambil menyebutnyebut nama Bunga...Bunga....sayang. Dua rekan wanita mulai curiga, bar sdh tutup kenapa aku belum kembali. Mereka ini tahu, setelah putus dari Bunga aku sering melamun dan pelariannya minum sampai tuntas alias teler.

Mereka takut kalau aku terjun kelaut. Kedua perempuan sahabat inilah yang menyelamatkan aku dari penistaan sang biduan. Menurut pengakuan rekan perempuan itu, mereka sudah berulang mengetuk kamar sang biduan tetapi dia tidak mau membuka. Akhirnya, mereka melapor ke petugas ( Angkatan Laut ) bhw seorang teman, maksud mereka aku, mau diperkosa. Segera petugas melabrak pintu sang biduan dan menemukan aku hampir telanjang.

Petugas kebingungan, laporan pemerkosaan koq yang ditemukan dua orang pria?. Segera aku dibawa pulang dan masih belum sadar betul. Esok paginya, rekan-rekan terkekeh mendengar cerita kedua sahabat perempuan itu.

" Sejak kapan kamu ganti hobby menjadi pemain anggar" sindir temanku."
Intaklaikulah kau, manalah ku tahu jika dia memopong ku" jawabku sengit.
Malam itu yang kuingat hanya kecupan si Bunga, ternyata si "bodat" satu itu" ujarku hampir mau muntah. Sejak peristiwa itu, lama aku digelar-gelari pemain anggar :))

Los Angeles, January 2009

Tan Zung
catatan:(*) Intaklaikulah= sialan
bodat=monyet
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

3 comments:

  1. horas amang, saya segera ke tkp n berkomentar hehehe..

    btw blogspot bisa ditempel video youtube amang, tinggal copy n paste embed codenya, jadi deh Eddy Silitonga with Tabahkan Hatimu langsung tayang..

    ReplyDelete
  2. Terimakasih banyak, tambah ilmu sau hehehe. Saya akan coba nanti, mudah-mudahan bisa.

    ReplyDelete
  3. Pagi amang kisahku (Tanzung..)

    aku save di kompiku yah
    jadi aku buat dalam bentuk soft copy...
    BTW, masih belum mau ku baca kisahnya, krn biasanya aku baca novel langsung habiz 1 hari, klo nda gitu, bisa imajinasiku sendiri nanti yang melanjutkan cerita itu saking gemesnya... (jadi ga seru deh)...
    di tunggu lanjutannya yah amang... ;D

    Thanks banget ada tambahan bacaan novel...

    Elida Christine Aritonang

    ReplyDelete