Thursday, February 19, 2009

Dosenku "Pacarku" (17)

http://www.youtube.com/watch?v=yVLBcGUvH-s

Bed of Roses
Sitting here wasted and wounded/At this old piano/Trying hard to capture/The moment this morning I dont know cause a bottle of vodka/Is still lodged in my head/And some blond gave me nightmares/I think shes still in my bed /As I dream about movies/They wont make of me when Im dead

*) I want to lay you on a bed of roses/For tonite I sleep on a bed on nails I want to be just as close as the holy ghost is/And lay you down on bed of roses

========

" Zung apalagi nih.. abang memang nggak suka pesananku? Tadi aku bilang, biar abang yang pesan," ujarnya memelas

=========

Tampak Susan kehabisan akal, mulutnya berdesah. Kedua tangannya diletakkan diatas meja, lemas.
" Zung ayo kita pulang. Aku nggak suka kita terus - terus begini."
Sengaja dia aku kerjain, sekaligus menguji hatinya.
" Zung, bilang apa yang kurang. Atau aku pesan makanan lain. Apa kesukaanmu, ayo sayang..." bujuknya.

" Susan, semua makanan pesananmu, aku suka."
" Suka...? Kenapa abang nggak mau makan.?"
"Begitu kotor kah mulutku sehingga kamu memberiku makan dengan garpu?
" Zung....aku tak mengerti apa maksudmu, ayo bang maunya apa...sayang ?

Dengan tangan telanjang, aku ambilkan sepotong lauk ke mulutnya. Susan membuka mulutnya, dia tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Aku susul suapan yang kedua, tetapi dia menolak dengan mengatupkan bibirnya.

"Lho, kenapa? Begitu nistakah tanganku, sehingga kau menolak makanan dari tanganku,?" tanyaku pura-pura serius. Susan kelenger, baginya semua serba salah.

" Bang...aku sudah ngerti. Ayo bang nih.." ujarnya sambil menyuapkan makanan ke mulutku dengan tangannya tanpa garpu. Susan tersenyum setelah aku menerima suapannya.

Susan mengambil lauk lainnya, " lagi bang....!" kemudian menyuguhkan gelas berisi anggur merah kesukaannya ke mulutku.
Gantian aku mengangkat gelas air putih kemulutnya, Susan tak dapat menahan ketawanya, dia tutup mulutnya dengan serbet.

" Zung, aku kasih kamu anggur merah, masa aku disuguhin air putih.?
Aku mainkan gurindam dua belas: "Itu tanda kemurnian dan kebeningan hatiku. Ayo sayang buka mulutnya. Aku yakin, hatinya pasti berbunga-bunga dengan gurindam ku."

"Iya...iya...bang" ujarnya mulutnya pun dibuka.
Beberapa pasang mata melirik kearah kami, mendengar suara sedikit " gaduh" gara-gara ulahku. Ohhh...manisnya bercinta dengan nyonya.

Memang, sejak aku bicara-- lewat telephon--dengan suami Susan di London, beban moral sedikit berkurang. Sejak saat itu pula hati Susan semakin berbunga-bunga, hmm.. cinta, tak mengenal status.

Susan semakin terbuka, dia selalu menjawab apapun yang ku tanyakan meski menyinggung privacy. Mengenai usia kami ternyata hanya terpaut delapan tahun, not bad lah, bukankah cinta itu soal hati.?

Pantasan "galak"nya nggak jauh denganku pikirku, heheheh. Dengan suaminya? Belum ada selah menanyakan berapa usianya,tapi menurut perhitunganku sekitar limapuluhan.

***

" Zung, bagaimana, kamu setuju pindah dari rumah kostmu sekarang?"
" Kenapa harus pindah, aku tak mengerti. Aku merasa nyaman disana, aku butuh tempat jauh dari keriuhan manusia sekitar."

" Tetapi tidak seperti itu, jauh kepelosok, abang menyiksa diri sendiri. Menurut abang, tempat kostmu tak punya televisi dan hanya punya lampu petromak. Bang, sekarang jamannya elektronik, kapan abang tahu perkembangan, kalau televisi pun tak punya.?"

" Iya..aku tahu, biarkan aku menikmati "kemiskinan" itu, aku ingin kembali ke masa silamku puluhan tahun lalu, sekaligus merenung perjalanan hidup. Ada saatnya kelak, aku menikmati seperti yang Susan miliki, asal Susan mau membantuku.!"

" Maksud abang?"
" Bantu aku menyelesaikan skripsiku, bantu aku nanti persiapan meja hijau. Kelak, setelah tammat, aku akan berjuang dengan keringatku sendiri. Terlalu lama aku "menyiksa" orang tuaku. Aku tak dapat menghitung berapa biaya habis selama aku sekolah dari es-em-a hingga ke universitas. Susan, aku masih punya enam adik ingin sekolah seperti aku. Aku ingin menyelesaikan perkuliahanku segera. Tekadku, ingin membantu orangtua menyekolahkan adik-adikku."

" Zung, apa hubungannya dengan tempat tinggalmu sekarang.?
" Tadi aku sudah katakan, aku tahu diri. Inilah kemampuanku. Delapan tahun, sejak es-em-a- aku tinggal dirumah gedongan dengan biaya hasil keringat orang tuaku.

Susan, ini saatnya aku hidup dengan sederhana. Sebenarnya, orangtuaku juga keberatan tinggal ditempatku sekarang. Tapi akhirnya, ayahku mengerti, bahkan dia terharu ketika kujelaskan, seperti baru aku utarakan. Susan, biarkanlah hidup ini mengalir sebagaimana ada. Aku juga tahu ukuran baju yang pas untukku."

"Bang, sudah...aku mengerti keputusan mu!" ujarnya sambil menyeka air matanya.( Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment