Thursday, February 19, 2009

Dosenku "Pacarku" (24)

http://www.youtube.com/watch?v=uXupnbWEsFw

Oh, it's carnival night/And they're stringing the lights around you Hanging paper angels/Painting little devils on the roof / Oh the furnace wind/Is a flickering of wings about your face/In a cloud of incense /Yea, it smells like Heaven in this place

I can't eat, can't sleep/Still I hunger for you when you look at me /That face, those eyes/All the sinful pleasures deep inside

Tell me how, you know now, the ways/and means of getting in/Underneath my skin, Oh you were always my original sin/And tell me why, I shudder/inside, every time we begin /This dangerous game/Oh you were always my original sin

A dream will fly/The moment that you open up your eyes/A dream is just a riddle /Ghosts from every corner of your life /Up in the balcony/All the Romeo's are bleeding for your hand/Blowing
theater kisses/Reciting lines they don't understand

=========== ========
Aku membuka amplop sementara mataku melirik Susan, wajahnya tegang. Dia mengalihkan rasa gelisah dengan membuka tas tangannya, seakan mencari sesuatu.
========================

AKU membaca surat yang baru saja bibi serahkan: " Bang Tan Zung, aku menunggumu cukup lama, Ira pikir abang pulang kuliah langsung kerumah. Ira hanya mau ingatkan abang, besok malam menemani aku dan Sari pulang dari tempat kerja.

Bang, kalau ada waktu, besok siang mampir kerumah, temani Ira ke kampus. Ira mau bayar uang kuliah dan uang ujian semester, dari kampus kita sama ke tempat kerja Ira. Ohhh..iya...bang jangan lupa bawa catatan cost accounting.
Diakhir tulisannya tertanda Ira.

Usai membaca surat Ira, aku meletakkannya diatas meja. Segera Susan mengambil surat dari atas meja setelah bibi meninggalkan kami. Tanpa membacanya, dia langsung memasukkan kedalam tas tangannya.
"Susan, surat itu untuk aku, isinya nggak ada apa-apa kok," suara ku pelan.

Susan nggak peduli, tasnya ditaruh kepangkuannya. Tanganku ditepiskan ketika aku mau mengambil surat itu dari tasnya. Bibi keluar dari kamarnya membawa amplop lagi, " eehhh....aku hampir lupa, tadi juga dua perempuan mencari bapa. Ini ada suratnya. Kasihan mereka menunggu bapa lama sekali, mana ban vespa mereka bocor."

Mereka nggak bisa menggganti, terpaksa aku panggil abang, bapaknya Ruben membantu mereka," kata bibi sambil menyerahkan surat kedua. Wajah Susan semakin tegang, dia menatapku lagi.

Aku membaca surat diatas kertas biru itu. " Bang, aku dan Magdalena tadi sore datang mencarimu. Kalau ada waktu mampir besok malam ke rumah. Tetephon dulu kalau mau datang." Di akir tulisannya tertanda, Aku...Mawar.

Setelah siap membacanya langsung ku kantongi. Wajah Susan semakin kusut. Dia berdiri permisi pada tante. Dia tak lagi mengajak ku pulang. " Mana kunci mobil, Zung.?"

Susan berjalan cepat setelah keluar dari rumah. Aku mengejarnya. Aku berusaha menahan dengan memegang tangannya. Dia meronta dan terus melangkah menuju mobilnya. Sebelum masuk ke mobil, dia memakiku, " dasar bandit.....buaya....." Susan membanting pintu mobilnya keras sekali. Dia meninggalkanku dipinggir jalan tanpa menolehku. Aku kembali kerumah dengan rasa kesal. Aku belum sempat menjelaskan semuanya, mulai dari panggilan"bapak" surat Ira dan Mawar.

Sepeninggalnya hatiku merasa panas mendengar hujatan "bandit...buaya." Aku ingin ketemu segera sekaligus ingin menjelaskan semuanya. Terserah dia mau dengar atau tidak. Aku tak peduli kalau akhirnya kami akan " cerai", patah tumbuh hilang berganti.

Memang, dia baru saja mengaku, sangat cemburu bila melihatku berteman dengan perempuan lain. Tanpa sadar, didepan Susan, bibiku "berkotek" tentang perempuan yang mencariku, tiga orang lagi huh...

" Ada apa, kenapa dosennya? dia marah pada bapa.? tanya bibi ketika aku kembali kerumah.
" Gara-gara bibi tadi" jawabku tertawa kecut.
" Apa salahku.?"

" Bibi beberkan semua nama perempuan temanku itu di hadapannya."
" Eeeehh...tahe/ oh...iya... aku akhirnya mengerti. Bapa rupanya pacaran dengan guru..eh..dosennya. "

Tadipun bibi pun sudah mulai curiga, setelah melihat cara kalian berdua di dalam mobil seperti berpacaran. Tadi sebelum kalian masuk, bibi mengintip dari jendela. Tapi karena bapak bilang dia dosen, rasa curigaku jadi hilang. Rupanya bapa...hahaha..., cantik kali dia. Jadi bagaimana nanti lanjutannya.?"

" Lihat nantilah, aku pun butuh nggak butuhnya.!"
"Nggak boleh langsung mandele( surut, pen) harus berjuang. Marah, ketawa dan cemburu, itu bagian dari perjalanan cinta, sebagaimana bibi telah mengalaminya.

Bujuk lagilah dia, beruntung bapa mendapat seorang dosen....jangan sampai putus iya..bapa."
Hmm...bibi nggak tahu kalau Susan adalah isteri orang, bisikku dalam hati. ( Bersambung)

Los Angeles, February 2009
Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment