Thursday, February 19, 2009

Dosenku "Pacarku" (19)

=============
" Susan, besok aku pasti beri jawabannya. Tapi nggak apa-apa kalau sekarang kita kesana, sambil lihat-lihat situasi rumah dan lingkungannya."
" Halah..abang seperti gadis centil saja, pake lihat-lihat dulu. Menjeng kalilah abang."
=============
Usai makan, kami menuju tempat kostnya dahulu. Susan memperkenalkanku kepada nyonya rumah. Susan dan pemilik rumah meninggalkanku diruang tamu. " Sebentar bang, kami kebelakang," ujarnya. Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan.

Sementara aku menunggu Susan, seorang putri berparas elok, menghantarkan minuman. Rambutnya terurai hingga ke pinggang....hah..mengingatkan rambut mantan pacarku. Hidungnya kembaran dengan Magdalena, bercelana pendek pula.

" Silahkan minum bang," ujarnya dengan sesungging senyuman. Sebelum dia meninggalkanku, aku sapa dia, " Namanya siapa dik?"
" Nani..bang.." jawabnya.

Sengajaku ajak bicara terus, agar dia tetap bersamaku, sekaligus ingin mengundang rasa cemburunya Susan. Nani pun tak sadar"jeratan"ku. Dia malah duduk didekatku.

"Sudah punya pacar belum?"
" Belum, ada teman abang ?"
" Bagaimana jika dengan abang sendiri?"
"Nanti, tante Susan marah...?"
" Lha...dia kan dosen aku.?"

" Nani sekolah dimana, kelas berapa?"
" Di es-em-a Methodis. Nani kelas tiga, jurusan IPA."
Aku sengaja pancing mengobrol tentang dunia remaja, agar Nani betah bicara.

" Nani, abang serius nih. Abang baru putus dengan pacarku, mau nggak kita pacaran ?"
" Apa nanti nggak ada cewek lain yang marah bang...?" tanyanya serius.
" Tidak ada, sungguh. Aku baru putus dengan pacarku."
" Kenapa putus bang?"

Ah....ini anak bau kencur mulai selidik. Aku alihkan pembicaraan. " Sudah pernah pacaran belum,? tanyaku.
" Sudah tapi nggak lama, cuma sebentar. Aku nggak suka, anaknya perokok dan mabuk-mabukan."


" Kebetulan abang paling tidak suka merokok, suka minum, tapi air putih...!" Nani tertawa cekikian. Hanya sebentar telah terjalin percakapan akrab, hmmm...kok aku jadi kepicut.

Memang, setelah pisah dengan mantan pacarku, mata dan hatikuku selalu mengembara melihat perempuan, apalagi berparas elok seperti Nani dan Ira pramuria discotik itu, bahkan sama ibu dosenku pun aku hanyut. Padahal, ketika aku pacaran - selama lima tahun-tidak sekalipun mata apalagi hati terpaut dengan perempuan secantik apapun. Mawar..? masih tak jelas.

Percakapanku dengan Nani mulai melebar kearah lebih "serius" tentang pacaran. Nani, mulai memberi hati pula. Dia mengajakku ke pesta ulang tahun temannya. Nah...lho, mentok dengan schedul Susan ke Brastagi ikut arisan ibu-ibu.

Nani mulai menunjukkan ketertarikannya, tampak dari gaya bicara dan sikapnya. Padahal durasi percakapan kami, baru sekitar kurang lebih duapuluh menit.

Aneh, dengan Susan baru beberapa jam langsung "jungkir balik". Dengan Magdalena baru dapat kesentuh setelah tahun ketiga. Dengan Mawar, nul. Sementara pembicaraan kami semakin asyik, Susan muncul dengan ibunya Nani. Wajah Susan sedikit berubah melihat keakraban aku dengan Nani yang baru saja hatinya aku buat berbunga-bunga.

Sebelum aku dan Susan meninggalkan rumah, Nani mendekatiku. " Bang , malam minggu nanti datang iya? Temani Nani, aku tunggu," pintanya manja. Ibu Nani senyam senyum saja mendengar rayuan putrinya.

Sebelum aku jawab, Susan mendahuluinya. " Malam minggu nanti, aku pinjam dulu abangnya iya. Tante mau ke Brastagi dengan abang Tan Zung. Lain kali saja iya Ni..." pinta Susan getir.

Wajah Nani tampak murung. " Hanya malam minggu ini saja..tan, temanku ulang tahun, aku nggak punya teman kesana," bujuknya sendu.

" Terserah bang Tan Zung," jawab Susan sambil menatapku.
" Iya bang, temanin aku malam minggu, sekaliiii...saja."
" Nanti, abang telephon Nani. Nomor berapa telephonmu.?"
" Aku punya." ujar Susan ketus sambil dia bergerak menuju mobil.
"Betul iya bang, aku tunggu telefonnya...dadadag..abang...dadaaag tante..."(Bersambung)

Los Angeles, February 2009
Tan Zung

No comments:

Post a Comment