Monday, February 16, 2009

Dosenku "Pacarku" (3)

================
Aku berusaha mengurangi "jam terbang" kehidupan malam kecuali malam minggu, yang ini aku sukar meninggalkannya.
===============
AKHIR pekan, bulan kedua setelah aku kembali pada kehidupan malam. Aku bertemu ibu dosen pembimbingku bersama suaminya di diskotik tempat tongkronganku melepaskan kepenatan jiwa.

Ibu dosen menemuiku di pojok ruangan sekaligus membuyarkan penikmatan lagu " biarlah sendiri" yang di populerkan Edy Silitonga. Aku merasa surprise, bagaimana dia mengenaliku dalam cahaya remang. Memang aku sengaja memilih duduk dipojok pada setiap kunjunganku. Aku tak sudi diganggu siapapun termasuk pramuria yang selalu mengajakku pulang bareng.

" Aku dari tadi melihatmu duduk sendirian, mana tunanganmu ?" tanyanya seraya duduk disebelah kursi, sementara suaminya ditinggal dikursi sendirian.
Aku gelagapan, tak tahu mau jawab apa atas pertanyaannya. Aku tertangkap basah. Pikiranku langsung tertuju "hukuman" yang akan ku terima mengenai skripsi - bab yang disuruh rombak tak kunjung usai. Aku semakin kaget ketika ibu dosenku memanggilku abang, " heh....bang jawab, abang sendirian...?
"Ya...iya bu," jawabku dengan bibir gemetar.
"Mana dia tunanganmu Magda ? Minggu lalu abang minta waktu diundur untuk menyelesaikan skripsimu karena mau menikah."

" Kami sudahan, nggak jodoh bu."
" Jangan panggil aku ibu, panggil saja namaku. Dikampus boleh abang panggil ibu, okey?"

" Ya, iya bu Susan, " jawabku sambil melirik kemeja suaminya.
" Aku sudah bilang jangan panggil ibu, Susan saja cukup."
Ibu dosenku memanggil pramuria menambah minumanku, " cukup, aku sudah cukup bu...ehhh...Susan, aku hampir sempoyongan," tolakku.

" Tambah sedikit lagi bang; Boleh aku tahu, kenapa abang sudahan dengan tunangan mu Magda?" tanyanya seraya menambah minumanku.
" Tapi ini bukan bagian dari kelengkapan skripsiku kan?" candaku.
"Hmmm...abang ...lupakan dulu skripsimu, esok lusa masih ada waktu membicarakannya. Beberapa kali aku dan suami kesini, aku perhatikan, abang sering gonta-ganti pasangan, kali ini abang sendirian, kenapa. ?"
" Aku ingin menyendiri, terlalu banyak beban pikiranku."

" Tunanganmu.?"
" Ya dan...skripsiku."
" Oh....iya? Senin lusa datang kekantorku biar kita perbaiki, sekarang abang releks," ujarnya sambil menyalakan rokoknya.

Suaminya beranjak dari kursinya berjalan kearah kami. Bertiga, aku, Susan dan suaminya Hendra semakin larut mereguk kenikmatan malam dengan senandung silih berganti oleh musisi lokal. Susan menarik suaminya turun berdansa. Sementara mereka asyik melenturkan tubuh megikuti nada dan irama, aku ke toilet membuang minuman yang baru saja ditambahkan Susan dan pramuria. Mata sudah mulai berkunang-kunang dan perut merasa mual. Ditoilet, aku mengeluarkan dengan paksa alkohol dari perutku sebelum aku terjungkal di depan ibu dosen dan suaminya.

Aku kembali ketempat dudukku, kepala sedikit ringan. Dalam kesendirian, aku hanyut mengikuti irama musik mendayu lembut menghantar khayalku ke mantan pacar Magdalena setelah dua bulan kami berpisah. Khayalku sesekali ke Mawar, sebab sebelumnya, sudah ada signal tautan dalam hati.

Susan dan suaminya kembali ketempat duduk, tampak Susan kelelahan. Dia menyandarkan dirinya keatas dada suaminya. Dia menoleh kearahku sembari meminta menyalakan rokoknya yang terselip diantara kedua bibirnya. Ah....Susan, kau memancing gairahku yang lama membeku, gumamku. Kenapa pula mesti aku yang disuruh menyalakan rokoknya padahal dia memegang zippo nya. Tanganku sedikit gemetar mengambil zippo dari jepitan jari lentiknya.

Susan, ibu dosenku mendekatkan bibirnya ketanganku ketika memantik zippo miliknya. Kepalanya kembali disandarkan ke atas dada suaminya, tetapi matanya binar kearahku. Mataku tak mampu menatap ibu dosen yang kesehariannya "galak" didalam kelas. (Bersambung)

Los Angeles. February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment