Monday, February 16, 2009

Dosenku "Pacarku" (7)

http://www.youtube.com/watch?v=OBABBJ4fiJI

So this is who I am,/ And this is all I know,And I must choose to live,/ For all that I can give,The spark that makes the power growAnd I will stand for my dream if I can,/Symbol of my faith in who I am,But you are my only,/And I must follow on the road that lies ahead,And I won't let my heart control my head,/ But you areAlign Left my onlyAnd we don't say goodbye,/ And I know what I've got to be..........

============
Aku jengah, merasa tak nyaman dengan sambutannya. Mataku melirik sekitar, kalau suami melihat tingkah isterinya. Lagi-lagi Susan protesketika dia ku panggil ibu.
============
"Bang, aku sudah katakan, panggil ibu hanya kalau dikampus, " ujarnya gemas sambil mencubit daguku. Ahhhh....kok rasanya, pembukaan sudah seperti itu, bagaimana dengan pertengahan dan "bab" penutupnya, pikirku sejenak.

Latah ku keluar pula, "jangan panggil aku abang, panggil saja namaku Tan Zung...,." bisikku pelan, sambil mataku masih tetap selidik dimana suaminya.
Susan makin "galak" melihat reaksiku mulai "on", tangannya menggenggam kelima jariku, dia menuntunku ke family room. " Duduk bang, aku ambilkan minuman," ujarnya.

Dia meninggalkanku duduk disofa berwarna hijau lumut, warnanya serasi dengan gaun malam yang membalut tubuh Susan. Hatiku masih tertanya-tanya, suaminya dimana? Susan memanggilku, " bang....eh..Tan Zung kemari."

Aku melangkah mendekatinya sementara pikiranku masih terbungkus tanya, kemana arah perjumpaan malam ini, memperbaiki skripsiku, atau melanjutkan "bab" di diskotik malam minggu lalu?

Susan membuka kulkas sementara tangan kirinya diletakkan keatas bahuku, " Zung suka yang mana ? bir atau yang itu,?" tanyanya sambil menunjuk botol ber label "xo", " black label" dan " chivas', didalam lemari kaca yang melekat pada dinding bar mini.
Aku tertarik dengan nama jenis minuman pertama yang belum pernah kurasakan. Aku ingin mereguknya bersama dengan ibu dosen misterius ini.

" Susan mau yang mana ," tanyaku nakal. Aku mulai berani padahal "racun " itu belum ku tenggak. Susan meraih botol chivas, " Yang ini sedikit lebih lembut," ujarnya.

Susan menyuruh pelayan wanita paruh baya membawakan cangkir dan es batu. Ohhhoo...rupanya, kami mau habis-habisan malam ini, pikirku. Susan menuntunku ke ruangan kecil disamping bar mininya untuk memilih jenis lagu dari sejumlah piringan hitam.

Oalah..Susan...bagaimana "nasib" skripsiku ? Aku jadi ingat pesan Magda, agar hati-hati dengan ibu dosen yang satu ini. Tetapi, kaki sudah terlanjur melangkah, kini hanya mengikuti "irama" apa maunya Susan, blues, rock `n roll, country atau tortor kek, aku siap layani, "sapala" pikirku. Kalau ada "gondang batak" , ujarku berguyon
" Tan Zung mau panggil roh? mau kerasukan, ? tanyanya ketawa.

Susan menuangkan minuman chivas ke gelas minumanku , aromanya membuat aku tak sabaran ingin menenggak, tetapi menahan diri, gengsi didepan ibu dosen. Susan bergegas menuju meja kecil tempat telefon berdering. Dia mengangkat gagang telefon. Suaranya menjawab mesra. Dari isi percakapannya, ternyata suaminya sedang berada di luar negeri.

"Bagaimana pap, baik-baik saja,? bagaimana weather disana?..oh...gitu...dingin sekali iya pap, hati-hati disana; oh..iya aku disini dengan bang Tan Zung,....yang itu pap...mahasiswaku yang kita ketemu di diskotik malam minggu lalu. ya...iya...he's handsome like you papa....hahahah..have you a good morning pap," ujarnya mengakhiri percakapan dengan suaminya.

Dalam hatiku, "handsome ?" ya..iyalah...dibanding suamimu usianya dua kali lipat dari usiaku. Susan kembali duduk, tubuhnya menempel ke tubuhku, rapat.
" Suamiku kemarin malam berangkat ke London, ada tugas dari kantor; dia akan disana selama tiga bulan."ujarnya sebelum ku tanya.

Bah....malam ini aku akan "pesta" dengan Susan, isteri orang yang kini sedang di luar negeri.? Jujur, sejak tiba dirumahnya, meski sambutannya begitu hangat, sentuhan tangan hingga pandangan matanya rada"mengundang" tetapi aku tidak "nyetrum". Beda dengan mantan pacarku dulu atau dengan Mawar " setruman"nya menjalar keseluruh syaraf akhirnya berlabuh kejantung, tanpa ke ubun-ubun.

Dengan Susan ? tanpa mampir ke jantung, by pass ke ubun-ubun itupun kalau dijejalin dengan minuman beralkohol seperti malam minggu lalu...hohoho. Lalu bagaimana dengan malam ini...? "wait and see" genderang apa yang akan ditabuh olehnya, tetapi nasib skripsiku bagaimana..? ya...ya...ya. !

Diruangan yang tata lampunya telah di set-up redup, musik terus mengalun, Sesekali lirik lagu dinyanyikannya lirih. Dia perosotkan tubuhnya diatas sof. sementara tangannya di letakkan dipangkuanku, hmm...ini "undangan" kali kedua. Tetapi perasaanku biasa-biasa saja, mungkin karena dia sudah punya suami atau karena dia adalah dosenku, entahlah.

Dia palingkan wajahnya kearahku, tubuhnya masih melorot diatas sofa. Aku bergeming, mungkin karena minumannya belum bereaksi sempurna. Bak serangan fajar, tiba-tiba dia"menyergap"ku, kala pikiranku melayang-layang, mengingat janjiku hari Rabu lusa "mengawal" Sari dan Ira dari diskotik.

Susan melorotkan wajahnya kepangkuanku setelah "menghabisi" pipi ku; dia menarik tanganku ke atas keningnya, " Zung, tolong pijitin, aku pusing ," ujarnya.

Aku ikuti permintaannya, tetapi tak ada satupun kalimat benuansa cinta meluncur dari mulutku, gersang. Susan memutar tubuhnya meraih gelas minumannya. Dia sodorkan kemulutku, aku menolak, "minumanmu terlalu ringan,"ujarku. Segera dia mengganti, meraih gelas minumanku dan menyodorkan lagi kemulutku.

Badannya sedikit gemetar, kali kedua mulutnya mengecup dan menggigit daguku gemas. "Zung, brewoknya biarin tumbuh seperti ini, jangan dikelimisin,"ujarnya usai memagut daguku. " Perempuan yang satu ini seleranya berbeda, Magda dan Mawar maunya kelimis" ucapku dalam hati.

Sejak aku tiba tak sedikitpun disinggungnya mengenai skripsiku dan bahan kuliahnya yang aku ketinggalan, kecuali "ilmu"baru, memindahkan minuman " mouth to mouth".

Meski aku dan Magda sudah sering"olah tubuh" versi asmara, tapi belum pernah tahu yang satu ini, maklum sama-sama "pemain" baru. Perempuan yang satu inipun menurutku aneh, "kesukaannya"dagu dan jari jemariku sering dimainkan dengan jari tangannya, entah dimana pula nikmatnya; sementara mantan pacarku, sukanya cium di pipi, kening dan cubitan sisi lambungku.(Bersambung)

Los Angeles. February, 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment