Monday, February 16, 2009

Dosenku "Pacarku" (6)

http://www.youtube.com/watch?v=2SLWzZoDmhg

Now I've had the time of my life/No I never felt like this before / Yes I swear it's the truth/and I owe it all to you / 'Cause I've had the time of my life/and I owe it all to you / I've been waiting for so long/Now I've finally found someone /To stand by me /We saw the writing on the wall/As we felt this magical/Fantasy...

==============
Susan menahanku ketika hendak keluar dari kantornya. Susan mengajakku ke restauran di sebuah hotel, menurut ukuran mahasiswa cukup mewah.
==============

Susan memesan makanan kesukaannya, beafsteak dan sea food; sementara dalam daftar menu tak kutemukan pangsit atau sate makanan kesukaanku. Akhirnya pilihanku jatuh pada menu salad "kembaran"nya gado-gado.
" Zung mulailah belajar mengubah selera, kok malam begini makan salad,"ucapnya ngenyek.

" Biasanya menu malamku, makan orang bu,"balas ku
" Dasar orang batak, berapa orang sudah abang makan,?"
" Bercanda...belum ada bu, aku baru nyicip."

Susan menyisihkan salad pesananku ke samping. Dia menaruh makanan pesanannya ke dalam piringku. Susan memesan dua gelas anggur merah import, " Zung jenis ini cocok untuk beafsteak dan seafood," jelasnya semangat.

"Aku fanta merah saja bu," ujarku ngenyek lagi.
Susan tak dapat menahan ketawanya," Abang kampungan, masya makan pakai minum fanta, nanti diketawain orang sekampung bang."
" Iya sudah, "manson" sajalah," ucapku lagi.

" Minuman tukang sorong itu (buruh angkut dipasar, pen)" balasnya
Aku kesal. Iseng, aku minta anggur putih. Ehhh...rupanya anggur putih memang ada. Sungguh, aku kira anggur itu hanya berwarna merah, memang aku kampungan.

" Nah, kan ketahuan, abang pura-pura. Tapi anggur putih nggak cocok dengan makanan ini,"katanya pula
Daripada kalah malu, aku jawab, sok tahu pula, "Iya, aku tahu, anggur putih cocoknya dengan salad atau gado-gado bu."

Susan menutupi wajahnya dengan serbet, bahunya tergucang menahan geli mendengar jawabanku. Sialan, kalau bukan ibu dosenku sudah ku"pokkal" mulutmu dalam hatiku.

Berlagak sudah terbiasa minum anggur putih, aku teguk dengan terpaksa setelah makan salad yang sebenarnya juga aku nggak begitu suka. Ampun, rasa anggur putih membuat perutku "berontak" aku hampir muntah tapi ku tahan, mending anggur "viat sing" buatan orang batak Medan itu pikirku.

***

Wajah Susan menunjukkan rasa heran ketika menghantarkan aku pulang ke rumah kostku diujung kampung tidak jauh dari persawahan penduduk, sangat sederhana.

" Zung, kenapa pindah dari Medan Baru ? sudah berapa lama tinggal disini?" tanyanya sebelum meninggalkanku.
" Baru dua bulan, aku ingin jauh dari kebisingan, jauh dari kenangan yang menyiksaku!" jawabku

" Oh...begitu...kasihan, tapi itu akibat ulahmu sendiri. Zung, besok kamu datang ke rumah, bawa bahan skripsimu," ujarnya sambil meremas daguku.

Malam sepeninggalnya, aku berniat memperbaiki skripsiku, tapi otakku tak dapat kosentrasi. Pikiranku terganggu mengingat kejadian beruntun sejak malam minggu, ketika aku dan Susan berdansa dan berpelukan erat; ketika dia meletakkan kepalanya diatas bahu disisi kepalaku. Ciuman dan gigitannya di daguku masih terasa membekas.

Aku tak habis pikir, gerangan apa yang terjadi antara dia dan suaminya. Hampir seluruh waktunya bersamaku ketika di diskotik malam minggu itu. Tak kalah herannya ketika begitu beraninya memagut bibirku didepan suaminya, sebelum Ira dan Sari memapah membawa aku pulang. Diselah bayang wajah ibu dosenku dengan sejumlah pertanyaan, wajah Magda dan Mawar datang silih berganti.

***

Esok harinya, aku tiba dirumah Susan menjelang malam. Aku sedikit khawatir Susan akan marah karena janji kerumahnya pada sore hari. Pembantu pria membuka pintu gerbang. Susan menyongsongku dipintu rumahnya.

Dia menyambutku dengan sesungging senyuman. Sebelum ditanya aku lebih dulu beri alasan kenapa datang agak kemalaman, " maaf bu, beca dan angpingkot (angkutan pinggiran kota) agak jarang."

" Kasihan, orang kampung,"ujarnya ketawa sambil memutar kedua bahuku menghadapnya. Aku jengah, merasa tak nyaman dengan sambutannya. Mataku melirik sekitar, kalau suami melihat tingkah isterinya. Lagi-lagi Susan protes ketika dia kupanggil ibu ( Bersambung)

Los Angeles. February, 2009

Tan Zung

pokkal= kosokata ini biasanya di gunakan kepada balita bila sukar makan; mulutnya dibuka paksa:))

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment