Monday, February 16, 2009

Dosenku "Pacarku" (9)

http://www.youtube.com/watch?v=jnURj4WaeaQ

When I fall in love /It will be forever /Or Ill never fall in love
In a restless world /Like this is /Love is ended before its begun /And too many
Moonlight kisses /Seem to cool in the warmth of the sun
When I give my heart /I will be completely /Or Ill never give my heart
And the moment I can feel that you feel that way too /Is when I fall in love with you.....
===============
Susan tetap diam, membisu. Hmmm.... selesailah aku malam ini,pikirku. Aku coba jurus lain bagaimana mencairkan suasana. Aku benar-benar ketakutan kalau nanti akan mempengaruhi perkuliahan ku yang akan segera berakhir.
===============
“ Bu....ibu Susan mau apa yang...? mau “xo”, “black label” atau “chivaz”.? Aku ingin, ibu dan aku pesta hingga pagi, ayo sayang. Honey..... do you want some beer, manson or fanta?” bahasaku “gado-gado” mana tahu itu bisa mempengaruhi, pikirku.

Yessss......aku berhasil ! Mendengar pilihan terakhir itu, Susan mengerucutkan kelopak matanya, tetapi tak berucap apa, dia terus menatapku seraya menggelengkan kepalanya pelan. Huuhh...aku kecele, aku pikir aku berhasil. Aku hampir menyerah melihat tingkahnya, melebihi mantan pacarku yang masih perawan Bunga dan Magdalena ketika sedang merajuk.

Terakhir aku keluarkan jurus “ular phyton sedang tidur”; (pura-pura lelap tetapi siap melilit) hahahah... Aku tarik lehernya kearahku, kepalaku rebahkan diatas bahunya, “ honey...bicaralah... mau mu apa...?” bisikku ke dekat telinganya, tapi ekspresi wajahku tak seindah mulutku ketika meluncurkan kata honey, sungguh, sebenarnya hati ku tak sudi berucap itu.

Susan masih diam, tetapi dia membiarkan kepalaku melekat diatas bahunya. Kami diam sejenak, seperti orang sedang tapakur, mengheningkan cipta. Malam ini aku”melacurkan” mulutku, tetapi bukan hatiku. Munafik...iya..tak apalah, tak ada pilihan lain. Aku merasakan cairan hangat mengalir ke atas bahuku. Oalahh....urusan semakin rumit dan mendalam, pikir hatiku sesaat.

Meski aku telah “kenyang” dengan urusan air mata perempuan, selama lima tahun, tetapi yang ini “rasa”nya kok beda. Tak tahu apa alasannya Susan menangis, cengeng. Susan menahan isaknya, dia menarik nafas dan melontarkan pujian, menurut ku, racun.

“Zung, kamu sangat pintar meluluhkan hati perempuan, kamu.... nakal,” ucapnya sambil memberiku “hadiah” kemenangan, ciuman, hanya itu.
Nikmatnya memang beda, karena dia mencium tidak diiringi gelora nafsu seperti yang sudah-sudah. Aku merasa lega. Kejadian malam itu, menambah pengalaman sekaligus kehati-hatianku, paling tidak hingga nanti di meja hijau. Tetapi, aku belum mengerti makna air matanya.
***
“ Zung tolong tambahkan minumanku.....sayang.”
“Bagaimana aku mau mengambil, Susan masih “nempel” seperti ini,” ujarku, senyum ku paksakan. Susan, tak mau juga beranjak dari pangkuanku, kepalanya juga masih terbenam diatas bahuku.
“ Jan....Rojan........” suara Susan pelan, seperti kehabisan nafas memanggil pembantu prianya.

Segera aku membekap mulut Susan dengan tanganku sebelum melanjutkan panggilannya, “ Susan..sudah larut malam, kok masih ngoceh...?”
“ Aku mau es lagi sayang, “ ujarnya sambil menggigit telapak tanganku pelan.
“ Susan, malam ini aku siap jadi “pembantu”mu.” ujarku sembari beranjak dari sofa.

“ Nggak Zung....., you’re my man” ujarnya seraya kedua tangannya menahan tubuhku hingga aku rebah dipelukannya. Hmmm..”bab” pendahuluan telah usai, kini masuk pada “bab” yang entah keberapa. ( Bersambung)

Los Angeles. February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment