Thursday, February 26, 2009

Dosenku "Pacarku" (40)

http://www.youtube.com/watch?v=aV7fBl3uTEY

" Time After Time"
Lying in my bed I hear the clock tick,/And think of you/Caught up in circles confusion/Is nothing new/ Flashback warm nights / Almost left behind / Suitcases of memories,/Time after Sometimes you picture me/ Im walking too far ahead/ Youre calling to me, I cant hear/ What youve said/Then you say go slow/I fall behind/The second hand unwinds

If youre lost you can look and you will find me/Time after time/If you fall I will catch you Ill be waiting/Time after time(2 x)

After my picture fades and darkness has/Turned to gray/Watching through windows youre wondering/If Im ok Secrets stolen from deep inside/The drum beats out of time If youre lost you can look and you will find me/Time after time/If you fall I will catch you Ill be waiting/Time after time You said go slow/I fall behind/The second hand unwinds
If youre lost you can look and you will find me/Time after time/If you fall I will catch you Ill be waiting/Time after time (2X) Time after time/Time after time/Time after time
==============
Ah...kaki sajapun tak sudi disentuh apalagi yang lain. Memang sudah patah arang. Segera kuakhiri "diplomasi kaki", sebelum dia meronta minta pulang.
=============
Selama percakapan, tanpa di sadari, banyak kata-kata bijak terlontar dari mulut mereka. Meskipun Magda masih sakit hati, tetapi dia masih memperhatikan "langkah"ku. Kejadian pagi hari --ketika keluar dari mobil Susan-- meyakinkan rumor yang didapatkannya melalui teman satu kampus, bahwa aku telah kembali pada kehidupan lama, mabuk dan liar.

"Bang, kalau nggak keberatan, setelah skripsimu telah selesai dan ditandatangani sama ibu itu, hindarilah dia. Terserah abang bagaimana caranya. Untuk kiat-kiat yang seperti itu kan abang gurunya," ujar Magda ngenyek.

" Bantulah aku, abang mentok nih. Abang juga sudah niat buat jarak, sebelum Susan mengharap lebih jauh."
" Apa yang mau diharap dari abang ? Paling juga abang dijadikan "piaraan!"
" Masa orang kau bilang piaraan, kayak hewan piaraan," balasku renyah.
" Kenapa nggak? kelakuan orang juga kadang melebihi hewan..!"

"Eh...Magda, kamu ngomong apaan tuh..?" selah Mawar mengingatkan. Magda langsung tersipu sambil menutup mulutnya, " maaf bang, maksudku bukan abang..." ujarnya sambil merapatkan kedua telapak tangannya didepan wajahnya yang sedang menunduk.

Sebenarnya aku tidak merasa tersinggung dengan ucapannya, hanya saja dia keceplosan lidah saja. Kebetulan pula nggak ada lagi hubungan kasih dengannya, kalau nggak, habislah dia. Aku turunkan ujung jari tangannya keatas meja, Magda masih merasa besalah, " Maaf bang, mulutku latah." ujarnya sambil menatapku.
" Nggak ada yang perlu dimaafkan, Magda benar. Banyak manusia kelakuannya melebihi dari makhluk yang kamu sebutkan tadi; membunuh anak, orang tua, menyiksa isteri, suami beristeri lima...."
" Heh...bang, kok jadi khotbah," selah Mawar disambut tawa Magda.

" Bagaimana kalau pulang ke kampung setelah kuliah kita minggu depan usai.Disana abang bisa memenangkan diri sebelum meja hijau. Jadi, ada alasan abang menghindari ibu itu. Aku yakin, ibu Susan akan dapat menerima alasanmu," usul Magda.

" Terimakasih, usulanmu cemerlang. Ternyata, masih ada yang tersisa hasil trainningku," ujarku sambil menyalamnya.
"Apa bang...? trainning...?" balas Magda sambil memelototkan matanya kearahku.

" Nggak.., anggap saja aku juga latah. Aku setuju usulmu dan aku akan berangkat minggu depan setelah skripsiku selesai cetak. Agar lebih cepat, mau nggak kalian bantuin mengetik ulang skripsiku.?"

" Halah....gaya abang dari dulu nggak berubah. Bilang saja mau minta tolong, kok pakai bahasa bersayap," tegur Magda tertawa.
" Iyalah aku minta tolong, kita bagi tiga pengetikannya. Nanti kalau punya Magda sudah selesai, abang akan bantuin."
" Bantuin maho..." ucapnya ketus.

Ingin rasanya hari Sabtu -janji dengan Susan pergi ke Berastagi- cepat berlalu, Aku ingin segera pulang sekaligus menenangkan diri untuk persiapan sidang meja hijau. Beruntung lah aku punya teman seperti Magda, hatinya tulus dan rendah hati. Usulannya seperti mendapatkan mata air di padang pasir. ( Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment