Thursday, February 26, 2009

Dosenku "Pacarku" (41)


" When A Man Loves A Woman"
When a man loves a woman/Cant keep his mind on nothin else Hed trade the world/For a good thing hes found If she is bad, he cant see it/She can do no wrong Turn his back on his best friend/If he puts her down

When a man loves a woman/Spend his very last dime Trying to hold on to what he needs/Hed give up all his comforts And sleep out in the rain/If she said thats the way/It ought to be

When a man loves a woman/I give you everything I got (yeah) /Trying to hold on/To your precious love/Baby please dont treat me bad

When a man loves a woman/Deep down in his soul/She can bring him such misery /If she is playing him for a fool/Hes the last one to know/Loving eyes can never see

Yes when a man loves a woman/I know exactly how he feels/cause baby, baby, baby /I am a man/ When a man loves a woman


===============
Beruntung lah aku punya teman seperti Magda, hatinya tulus dan rendah hati. Usulannya seperti mendapatkan mata air di padang pasir.
===============
Dengan sangat berat hati, Sabtu pagi aku berangkat ke Brastagi dengan Susan, menghadiri arisan ibu-ibu teman sekantor suaminya. Aku menolak rencananya menginap disalah satu losmen dikota itu, setelah acara arisan usai.

Berulangkali dia membujukku untuk bernyanyi dalam arisan itu, selalu aku tolak. Susan tidak tersinggung atas penolakanku, memang suaraku sedikit serak. Selain itu, dikepalaku masih terngiang nasihat Magda, meski diselingi dengan cemohan.

Aku berusaha pulang lebih awal, karena ingin menghadiri pertemuan dengan kawan-kawan kelompok belajar dirumah Mawar. Tetapi Susan selalu membujuk agar aku bersabar, " Zung, tanggung, nanti mereka pada ribut kalau kita pulang duluan. Ntar mereka akan berpikir macam-macam.

Kalau abang tidak mau menginap nanti malam, kita pulang bersama dengan mereka," ujarnya. Aku berusaha menutupi rasa dongkol, takut dia tersinggung, untuk sementara nasib perkuliahanku masih tergantung dengannya.

Selama dalam perjalanan pulang, pikiranku terus pada pertemuan malam dirumah Mawar. Susan merasakan perubahan sikapku dibanding dengan beberapa hari lalu, padahal aku sudah berusaha menutupinya.

"Abang merasa menyesal ikut aku satu hari ini? Tampaknya abang kurang bergairah. Atau ada yang membani pikiranmu, mungkin aku bisa bantu,?" tanyanya.
" Oh...nggak ada...hanya sedikit badanku kurang sehat," jawabku.
" Benar bang...abang nggak menyesal ikut aku.?" tanyanya ulang, tangannya mengelus pipiku.
" Nggak....aku senang kok, bisa ketemu ibu-ibu cantik dan genit."
" Ibu-ibu genit..? Itu hanya perasaanmu saja. Abang masih sanggup nyetir atau aku ganti ?"
" Sanggup, terus saja ngomong, sesekali cubit pahaku biar aku nggak ngantuk."
" Halah..abang maunya. Nantilah kalau sudah tiba dirumah aku pijitin."

"Susan, aku minta tolong antar aku malam ini kerumah. Aku sudah janji pada bibi jagain anak-anaknya. Dia mau pergi ketempat saudaranya."
" Abang jaga anak-anak..?"
" Kenapa, mereka sepupuku. Apa yang aneh..?" tanyaku.
" Nggak ada..." jawabnya ketus.

Sejak saat minta aku diantar pulang, Susan diam, wajahnya cemberut selama perjalan. "Susan ngomong...nanti aku ngantuk, atau mau kita kecebur kejurang ? Iya..iyalah aku nanti tidur dirumahmu, tetapi antar aku besok.!"
" Kan...abang suka ngerjain!" balasnya sambil mencubit lenganku.
***
Dering telephon menyambut kedatangan kami sementara jarum jam menunjuk ke angka delapan. Segera Susan mengangkat telephon. Terdengar percakapan dengan suaminya di London. Telephon suaminya mengingatkanku sekaligus "menuntut janji" Susan perihal pernikahan dengan suaminya.

Bebeberapa kali aku pertanyakan selalu dia mengelak. Sementara dia berbicara dengan suaminya, aku merebahkan diri dikamar tidur, mengendurkan urat yang kelelahan mengenderai mobil dari Berasatagi. Sepoi udara malam berembus melalui kamar jendela yang lupa aku tutupkan, menutup kelopak mataku sempurna. Susan menyentakkan rangkaian mimipiku yang sedang bergayut indah bersama mantan kekasihku.

" Zung...bangun, abang keletihan,?" suaranya mendesah ditelingaku. Aku menggeliat ditempat tidur sambil menggerakkan seluruh tubuhku, meski hanya sebentar, rasa pegal terasa pulih kembali.
" Zung, aku tadi janji mau pijitin abang malam ini, abang masih terasa lelah,?" tanyanya.
"Susan, janji adalah utang. Tetapi masih ada janjimu yang selalu kamu ulur waktu untuk melunasinya!"

" Janji yang mana bang..?"
" Tentang pernikahan dengan suamimu!"
" Oh...iya, aku akan utarakan, tetapi kita makan dulu. Aku sudah siapkan dimeja, ayo bang," ajaknya seraya menarik lenganku. " Tapi abang mandi dulu," tambahnya. (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment