Thursday, February 26, 2009

Dosenku "Pacarku" (48)


" Zung, suamiku bercerita, dia mendapat kecelakaan ketika mengikuti pertandingan sekaligus mengikuti ujian kenaikan tingkat DAN III di Tokyo. Menurut dia, sejak awal lawan mainnya selalu bermain curang, dan menjelang akhir lawannya menghajar alat kelaminnya.

Segala cara telah diupayakan hingga operasi di Tokyo, tetapi tak berhasil. Lawan mainnya dipecat dari perguruan dan mencabut seluruh atribut serta tidak diperkenankan main seumur hidup. Sejak saat itulah dia "kelakiannya" lumpuh total, dan akhirnya isteri yang dia nikahi selama lima tahun meninggalkannya.

Aku kaget mendengar lanjutan cerita Susan, ketika dia mengatakan, suaminya mengenalku. " Bagaimana suamimu mengenalku.?" tanyaku. Sebelum menjawab pertanyaan, Susan meninggalkanku sendirian, " sebentar bang." ujarnya sambil meninggalkanku.

Susan keluar dari kamarnya, membawa lembaran koran. Dari kejauhan aku sudah tahu, dari logo dan warnanya kalau koran itu tempatku"nyambi" sebagai reporter .

Aku masih ingat, kalau fotoku terpampang dikoran sedang merintih usai dihajar lawan mainku ketika mengikuti pertandingan antar cabang beberapa bulan lalu. Susan menujukkan gambar pada halaman lainnya, terlihat Magda menangis sementara adiknya Jonathan iba melihat aku tergeletak.

" Suamiku, pada saat itu geram mau menghajar lawan mainmu yang curang. Sempai/suhu mu itu adalah teman suamiku ketika masih aktif, dan dialah temannya ke Tokyo ketika dia mengalami cidera.

Itu sebabnya aku tak pernah menanyakan abang, sewaktu-watu berjalan pincang, karena ku melihat sendiri abang dicurangi, tutur Susan.
" Kenapa Susan nggak pernah cerita sebelumnya.?"
" Apa artinya bang. Aku tidak mau cerita apapun sebagai rujukan untuk berhubungan dengan abang." ujarnya.

"Itukah sebabnya, suamimu tak berkata apa, ketika kita berdansa di discotik sebelum dia berangkat ke London.?"
" Iya...bang. Sebelumnya sudah beberapa kali suamiku memperhatikan dan mau menyapamu. Tetapi aku selalu melarang, aku tahu, abang pasti merasa malu jika melihatku disana."

" Kenapa dia begitu percaya, ketika Susan bersamaku hampir sepanjang malam hingga usai di discotik pada malam itu.?"
" Suamiku tahu dari sempaimu, kalau abang sedang marahan dengan Magda.

Suamiku tahu, abang sedang melampiaskan rasa kesal lewat minuman. Dia merasa iba melihat abang hampir setiap malam minggu di tempat itu. Aku juga kasihan melihatmu, maka aku masih memberi nilaimu agak lebih baik dari sesungguhnya. Itu juga sebabnya, kenapa aku dan suamiku mau menghantarkan pulang kerumahmu malam itu. Tetapi kau memilih pergi dengan Ira."

" Apakah suamimu masih mempercayai ku, ketika dia tahu, aku dirumahmu hingga larut malam? Sampai dimana tingkat kepercayaannya terhadapku.? Apakah dia tidak curiga kalau aku ikut "bermain " dalam alur cerita kehidupan rumah tanggamu?"

"Tidak bang,hingga percakapanku tadi, dia tidak berkata apa-apa. Aku memberitahukan kalau abang menginap beberapa malam dirumah. Hanya aku diminta jangan terlalu banyak minum. Abang saja yang langsung uring- uringan, ketika aku menolak minum dengan abang."

" Jangan-jangan, suamimu berpikir kalau aku juga mengalami nasib yang sama seperti dia, " tak mampu mendayung perahu", ujarku sekedar mengendurkan ketegangan syaraf.

Susan mencubit lenganku keras sekali seraya menatap mataku tajam. Aku segera beranjak dari sofa, berlagak mau mengambil minuman."Sebentar Susan aku mau menambah minumanku"

Susan menahanku, " bang, botolnya disini, baru minum sedikit kok sudah linglung? Zung...cukup..? Abang sudah puas mendengar tragedi kehidupanku,?" ucapnya sembari memelukku.

Aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Aku semakin "ngeri" mendengar tuturan kisahnya, ternyata Susan masih gadis uuckhh. Rasanya aku segera pulang, sebelum aku melanggar pesan ibuku; " Cinta kasih tidak harus dilabur dengan nafsu berahi."(Bersambung)

Los Angeles. February 2009

Tan Zung

No comments:

Post a Comment