Thursday, February 26, 2009

Dosenku "Pacarku" (47)


"Help Me Make it Through the Night"
Take the ribbon from your hair/Shake it loose, let it fall/Lay it soft against my skin/Like the shadow on the wall /Come and lay down by my side/Till the early morning light/All Im taking is your time/Help me make it through the night /I dont care whats right or wrong/I wont try to understand/Let the devil take tomorrow/cause tonight I need a friend

Yesterday is dead and gone/And tomorrows out of sight/And its sad to be alone/Help me make it through the night /I dont care whats right or wrong/I wont try to understand/Let the devil take tomorrow/cause tonight I need a friend

Yesterday is dead and gone/And tomorrows out of sight/And its sad to be alone/Help me make it through the night /I dont want to be alone/Help me make it through the night
===================
" Sudah punya isterikah dia.?"
" Iya, tetapi isterinya meninggalkannya, karena om Hendra mengalami kecelakaan di Tokyo." " Sekarang dimana om Hendra itu, jadi dia menikahi ibumu.?"
" Nggak Zung, !" ujarnya dengan tatapan hampa.
=========================
SUSAN terdiam mendengar pertanyaanku, kemudian perlahan dia berujar, " bang dia sekarang di London, dialah suamiku.!"
" Astagafirulah... jadi dia yang namanya Hendra ketika kita bertemu di bar beberapa waktu lalu.?"

" Ya..dialah suamiku. Zung, tadinya aku berfikir kalau Hendra akan menikahi ibuku. Ketika aku kuliah di California, ternyata uang simpanan ayah tidak cukup menopang uang kuliah dan kehidupan sehari- hari. Padahal sebelum aku berangkat kembali ke California, aku telah setuju kalau rumah peniggalan ayah dijual. Tetapi, om Hendra menghalangi ibu menjual rumah.

Dia berjanji mau membantu seluruh biaya selama aku kuliah di California. Aku juga baru tahu setelah aku mendesak ibu, kenapa om Hendra begitu baik dan penuh perhatiaan terhadap aku dan ibu, sementara keluarga dekat ayahku tak pernah memperhatikan kami!?"

"Jadi, Susan menikah karena balas jasa.?"
" Kurang lebih demikian, bang.?"
" Kini, kenapa Susan masih mau menjalin hubungan dengan orang yang bukan suamimu? Bukankah Susan telah memiliki semuanya?"
" Tidak bang. Aku belum memiliki semuanya. Aku memang memiliki materi lebih dari cukup, tetapi bukan dengan bathinku?"

" Maksud mu.?"
" Aku menderita batin. Suamiku tidak pernah memberiku nafkah batin. Dia tidak "mampu" bang!" keluh Susan. Suaranya melemah diiringi linangan air mata. Kembali Susan mendekapkan wajahnya keatas dadaku, sesunggukan.
" Sejak kapan suamimu tidak pernah memberi nafkah batinmu, Susan.?
" Sejak aku menikah dengannya!"
" Jadi Susan..?"
Segera Susan memotong pertanyaanku, " Iya Zung....aku masih gadis!" akunya.

" Susan, kamu menikah tanpa pernah kawin? Ibumu tahu nggak masalahmu ini.?"
" Entahlah, tetapi aku tak pernah bercerita kepada ibu. Aku tak mau membebani pikirannya. Zung, belakangan ini suamiku ingin membawaku pulang kerumah ibu dengan pembagian harta lebih dari cukup, tetapi aku tak mau, nggak tega. Kelak ada waktu yang tepat."

" Aku nggak habis pikir, maaf, kalau aku terlalu jauh. Sebelum menikah, apakah om tak pernah memberitahu "kelemahan"nya.
Susan menggelengkan kepalanya dan memohon, " bang, sudah cukup..aku semakin tersiksa."

" Baik Susan, aku tidak akan menyinggung masalah pribadimu lagi, cukup. Tapi kalau boleh tahu, tadi Susan mengatakan bahwa suamimu pernah kecelakaan di Tokyo. Kecelakaan apa?"

" Zung, pada malam pertama pernikahan kami, dia menangis dan minta maaf setelah melihatku sangat terpukul. Dia menceritakan perihal kecelakaanya di Tokyo. Zung..., malam itu, aku sangat marah dan menyesali hidupku. Aku tak terpikir kalau malam pertama bagiku, hanya disuguhin "dongeng horor" pengantar tidurku....uhch. (Bersambung)

Los Angeles, February 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment