Friday, January 30, 2009

Magdalena ( 35)

(Everything I Do) I Do It For You
http://www.youtube.com/watch?v=ZGoWtY_h4xo

================
Dia tidak menjawab. Magda berlari ketempat tidurnya, menangis terisak masih memeluk sweaterku dan tubuhnya terguncang menahan tangis
================

Mawar yang sedang tertidur diatas sofa terbangun dan berlari menuju kamar.
" Kenapa lagi bang?" tanyanya.
Aku angkat bahu tanda tak tahu. Aku tak dapat mengerti kenapa dia begitu terguncang. Aku juga larut dalam kesedihannya. Segera aku meninggalkan rumah Mawar melangkah hingga ke pertigaan jalan, mencari kenderaan pulang. Mawar menyusulku.
" Ayo bang aku antar,"serunya
" Aku pulang naik beca saja, urusin Magda dulu. Aku kasihan mendengar isak tangisnya."
"Kasihan kok malah pulang," balasnya
"Aku capek, aku mau tidur," ujarku sambil memanggil beca yang sedang
lewat.
"Abang marahan lagi iya," tanya Mawar sebelum aku menaiki beca.
" Nggak juga, tanyalah dia kenapa menangis seperti itu. Tadi dia meminta maaf, abang sudah maafkan, lalu apalagi."

Selama dalam perjalanan pulang, hatikupun terguncang. Aku berusaha melupakan yang baru saja terjadi, tetapi tak mampu bahkan tak terasa bibirku bergetar menahan sedih. Tak kusadari air mataku menetes mengingat tubuhnya terguncang menahan tangis.

Dalam kepedihan hatiku berucap, "Magda, abang telah memaafkanmu meskipun bibirku tidak berkata"ya". Magda, masih ada hari esok, dan akan kubuktikan padamu, aku adalah orang yang sama yang kau kenal sejak empat tahun lalu. Aku sungguh masih mencintai mu."You know it's true /Everything I do - I do it for you. I would give it all - I would sacrifice.
***
LIBURAN telah berakhir. Hari pertama perkuliahan aku datang sendirian, tidak seperti biasanya aku bersama Magda. Aku memilih duduk dipojok ruangan. Mawar masuk, juga tanpa Magda. Usai perkuliahan aku kekantor sekeratriat dekan minta surat pengantar kesebuah perusahaan daerah tempatku akan melakukan penelitian. Beberapa karyawan administratif menanyakan Magda. Mereka senang karena Magda satu-satunya "bintang" angkatan kami.

Hari kedua perkuliahan berjalan Magda tak muncul. Sebuah rumor tak sedap menghentak, Magda hamil. Entah setan mana yang memunculkan rumor biadab itu. Kepalaku pusing, hati terasa panas menjawab pertanyaan kawan-kawan mengenai rumor tentang Magda.

Seiring angin berhembus rumor bertebaran kemana-mana, kawan-kawan dekat dan satu kelompok belajar mulai resah, mereka antara percaya dan tidak. Kuping terasa panas mendengar rumor jahanam itu, sementara sebahagian teman wanita memandang sinis terhadap diriku. Pandangan mereka menukik tajam kearahku seakan aku manusia tak bermoral. Aku berusaha mencari sumber penyebar rumor, tetapi sama saja bak menjaring angin.

Pikiranku tak pernah fokus selama mengikuti perkuliahan. Hingga hari ketiga Magda masih belum tampak. Mawar kutunggu dimulut pintu parkiran kampus. Aku tanyakan keberadaan Magda.

"Dia ada dirumahnya," jawabnya singkat.
" Kenapa tidak kuliah?"
" Dia sedang sakit."
" Mawar, sakit apa dia.?"
"Abang lihat lah sendiri kesana. Sejak dari kejadian malam itu, Magda hanya dikamar, maminya kebingungan. Magda sudah dibawa kedokter, tetapi tidak menemukan apa penyakitnya. Kalau abang mau kesana, aku antar" ujar Mawar.

" Boleh juga, tapi aku ragu apakah dia masih mau menemuiku,"
" Aku akan bujuk dia, pasti mau," ujar Mawar yakin.
Sebelum kerumah Magda, aku membelokkan motor menuju rumah kosku.
" Mawar, sebentar kita mampir dulu di kamarku."
Sejenak, kami duduk diruang tamu kostku. Aku tanyakan Mawar apa yang terjadi sesungguhnya dengan Magda.
"Mami-papinya juga bingung, dokter belum memastikan jenis penyakitnya." ( Bersambung)

Los Angeles, Janaury 2009

Tan Zung
http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment