Friday, January 30, 2009

Magdalena (38)


Celine Dion - I Knew I Loved You
http://www.youtube.com/watch?v=gnZjDqdACDU

===============
Magda, besok kamu sudah boleh kekampus bukan? Datanglah, supaya jangan terlalu banyak ketinggalan mata kuliah. Capek aku nanti ngajarin kau." Magda tertawa lepas mendengar ucapakanku, sementara Mawar cekikan mendengar “wejangan” singkatku.
==============

Magda kini bukan lagi Magda beberapa waktu lalu. Kedewasaannya bercinta bertumbuh seiring dengan bertumbuhnya rasa cemburu. Didepan mami dan adiknya Jonathan, Magda tak merasa sungkan lagi bercanda denganku bukan lagi sebatas ito. Bersikap manja, merajuk dan marah. Keseharian tangannya sering berlabuh didadaku memukul manja, juga mencubit pipiku gemas. Bahkan, dia tak merasa sungkan lagi merajuk dan memarahiku di depan mami dan adiknya Jonathan. Aku yang merasa kikuk.

Maminya merasakan perubahan hubungan kami dari "ito" ke calon menantu. Hari-hari terakhir maminya menjaga jarak denganku meski hatinya tetap seperti dulu baik, iya sangat baik. Hanya sikapnya sedikit berubah tidak sehangat dulu ketika hubunganku dan Magda sebatas ito. Sesungging senyuman masih diberikan kepadaku bila aku bertandang kerumah.

***

" Bang, mami sudah tahu hubungan kita. "
" Bagaimana kamu tahu."
" Kemarin malam, mami datang kekamarku. Tepi aku sudah jelaskan semuanya. Aku terbuka, buat apa lagi ditutupi," ujarnya.
" Apa reaksi mami, kaget ? Kau kasih tahu sama mami, kalau kita suap-suapan pangsit,"? ucapku bercanda mengusir rasa tegang.

"Zung, aku serius, mau dengar lagi nggak,?" tanyanya dengan nada mengancam.
" Ayo teruskanlah. Aku tegang dengan tuturanmu, kayak cerita horor. Teruskanlah, mami nggak marah, terus mami bilang apa .?"
"Nggak , mami nggak marah. Cuma dia bilang, kalau mami sudah melihat gelagatnya sejak aku sering pulang malam. Dan, kalau kita sering pergi keluar makan dan nonton. Tidak seperti dulu, sepanjang hari dan malam, makan "kutu buku" dan melihat wajah abang yang jelek dan pemabuk," katanya , sambil tertawa ceria.

" Kan sudah lama aku nggak mabuk.?"
" Ini juga abang sedang mabuk. Mabuk cinta!"
" Kamu makin lama makin genit," balasku
" Kan, abang yang ngajarin."

" Bagaiman ceritanya, kalau kamu di isukan hamil.?"
Aku nggak menuduh, aku kira si Aisyah —kakak kelas—yang menebarkan itu. Soalnya kami ketemu di tempat praktek om dokter Robert ketika memeriksa kesehatanku. Boleh jadi juga, Aisyah tidak mengatakan aku hamil, cuma dia ceritakan bahwa dia ketemu aku di praktek dokter spesialis kandungan. Dia tidak tahu kalau dr. Robert adalah adik mami.

" Oh..begitu!. Bila Aisyah pun yang menebarkan isu, dia tidak sepenuhnya salah. Sebab, Dokter Robert -spesial kandungan dan kamu adalah perempuan, dugaanya, kamu sedang hamil. Seandainya pun kamu sedang hamil, nggak ada masalah koq," ujar ku godain dia. Magda tak dapat menerima guyonanku, dia langsung mencubit pinggangku, perih. " Zung, itu lelucon yang tak lucu. Maksudmu aku hamil karena berselingkuh? Serendah itukah aku kamu anggap,?" tanyanya geram.

***
Hubungan kami berjalan terus seiring perjalanan waktu. Namun, menjelang akhir perkuliahan, kami mengalami goncangan sangat keras. Kedua orang tua Magda melarang hubungan kami, hal itu disampaikan Mawar juga. Magda awalnya tak mau menceritakan, tetapi karena terus ku desak, Magda mengalah. Dia menuturkan secara detail. Magda juga mengaku bahwa kedua orang tuanya telah mempunyai calon untuk Magda. Aku kaget, lalu aku minta pendapatnya. Dia bersikeras hubungan kami harus dilanjutkan terus apapun resikonya. Aku setuju, tetapi harus kosentrasi penuh menghadapi meja hijau.
Hari demi hari, Magda terus mengalami tekanan. Kedua belah pihak—orang tua Magda dan pihak pria—sudah bicara pada tingkat yang lebih serius. Berungkali calon pria datang bertandang kerumah Magda, tetapi Magda selalu menghindar. Dia kabur dari rumah ke kamarku atau yang kami sebut perpustakaan cinta.

Lama kelamaan, aku merasa kasihan kepadanya dan kedua orangtuanya. Bagaimanapun mesti ada jalan keluar meski ada yang dikorbankan. Demi cintaku terhadap Magda dan kepada kedua orangtuanya, aku siap jadi korban. Tanpa menikahinyapun kami telah mempunyai hubungan kekerabatan persaudaraan sebagai "ito’.

Magda menolak keras keputusanku untuk mengakhiri hubungan kami secara baik-baik. Dia marah dan tidak setuju jalan keluar yang aku ajukan. Magda semakin rajin berkunjung ke rumah. Aku sebenarnya membohongi diriku juga, tak segampang apa yang ku katakan"putus" dengan baik-baik.

Satu malam dia ngotot tidak mau pulang dan akhirnya dia menginap di kamarku. Aku merasa bersalah terhadap diriku, Magda dan kepada kedua orangtuanya. Seandanya, dulu segera kuambil keputusan menjauhinya, keadaan tidak separah ini.

Mawar sibuk mencari Magda, namun dia tak menemukannya. Akhirnya, secara kebetulan Mawar mampir dirumah. Mawar kaget, melihat Magda tertidur di tempat tidur, sementara aku tertidur di kursi. Mawar tidak jadi masuk kekamar, hanya menyampaikan pesan, kalau Magda dicariin oleh kedua orangtuanya. (Bersambung)

Los Angeles, January 2009

Tan Zung

http://telagasenja-tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment